Minggu, 25 Maret 2012

KALIMAT EFEKTIF
Prof.Dr. Ida Bagus Putrayasa, M.Pd.
(168 hlm)
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 DIKSI (PILIHAN KATA)
A.    Pemakaian Kata Bersinonim dan Berhomofon
B.    Pemakaian Kata Bermakna Denotasi dan Konotasi
C.    Pemakaian Kata Umum dan Kata Khusus
D.    Pemakaian Kata-Kata atau Istilah Asing
E.    Pemakaian Kata Abstrak dan Konkret
F.    Pemakian Kata Populer dan Kajian
G.    Pemakaian Jargon, Kata, Percakapan, dan Slang
H.    Bahasa Prokem

BAB 3 EJAAN YANG DISEMPURKAN (EYD)
A.    Penulisan Huruf
B.    Penulisan Kata
C.    Penggunaan Tanda Baca

BAB  4 STRUKTUR KALIMAT EFEKTIF
A.    Struktur Kalimat Efektif
1.    Struktur Kalimat Umum
2.    Struktur Kalimat Paralel
3.    Struktur Kalimat Periodik



B.    Ciri-Ciri Kalimat Efektif
1.    Kesatuan (Unity)
2.    Kehematan (Economy)
3.    Penekanan (Emphasis)
4.    Kevariasian (Variety)

BAB 5 LOGIKA ( PENALARAN DALAM KALIMAT)
A.    Kesimpulan Umum
B.    Kesimpulan Khusus
C.    Persamaan (Analogi)
D.    Alasan (Argumentasi)

BAB 6 FAKTOR PENDUKUNG KEEFEKTIFAN KALIMAT DAN FAKTOR PENYEBAB     KETIDAKEFEKTIFAN KALIMAT
A.    Faktor Pendukung Kefektifan Kalimat
1.    Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar
2.    Bahasa Baku
B.    Faktor Penyebab Ketidakefektifan Kalimat
1.    Kontaminasi dan Kerancuan
2.    Pleonasme
3.    Ambiguitas atau Keambiguan
4.    Ketidak jelasan Unsur Kalimat
5.    Kemubaziran Preposisi dan Kata
6.    Kesalahan Nalar
7.    Ketidaktepatan Bentuk Kata
8.    Ketidaktepatan Makna Kata
9.    Pengaruh Bahasa Daerah
10.    Pengaruh Bahasa Asing
BAB 7 KATA BAKU DAN KATA TIDAK BAKU 
BAB 1 PENDAHULUAN
    Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahsa berisi gagasan, ide, pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si pembicara. Agar apa yang diingikan dapat fiterima oleh pendengar hendaklah bahasa yang digunakan dapat mendukung maksud dan perasaan pembicara secara jelas.
    Setiap gagasan, pikiran yang dimiliki seseorang pada praktikbya akan dituangkan ke dalam bentuk kalimat. Kalimat yang benar haruslah memenuhi persyaratan gramatikal. Artinya kalimat itu harus disusun berdasarkan kaidah-kadah yang berlaku, seperti unsur-unsur penting yang harus dimiliki setiap kalimat (subjek dan predikat); memerhatikan ejaan yang disempurnakan; serta diksi yang tepat dalam kalimat. Kalimat yang mudah dipahami pembaca tau pendengar adalah kalimat efektif. Kalimat efektif adalah kalmiat yabg baik karena apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh si pembicara dapat diterima dan dipahami oleh pendengar sama benar dengan apa yang dipikirkan oleh si penutur (Badudu, 1995 dalam Putrayasa, 2010).















BAB 2 DIKSI (PILIHAN KATA)
    Untuk menyusun kalimat efektif hendaknya dipilih kata yang tepat, ialah kata yang memenuhi isoformisme, yaitu kesamaan makna karena kesamaan pengalaman masa lalu atau adanya kesamaan struktur kognitif. Isoformisme terjadi manakala komunikan-komunikan berasal dari budaya yang sama, status sosial yang sama, dan ideologi yang sama. Misalnya,
1)    Keluarga Ida Gede seminggu yang lalu ngaben.
2)    Akan lebih syahdu lagi kalau yang pianismo diganti dengan adante.
Selain isoformisme, juga perlu diperhatikan;
A.    Pemakaian Kata Bersinonim dan Berhomofon
Kata bersinonim terbagi menjadi dua,
1)    Sinonim mirip, yaitu sinonim yang tidak dapat saling menggantikan
Contoh:
•    akbar =makro=besar=raya
•    Asas=dasar=pokok=prinsip
•    Buku=kitab
•    Salin=ganti=tukar=ubah
2)    Sinonim persis, yaitu sinonim yang dapat saling menggantikan
Contoh: efektif = efisien
Contoh dalam kalimat,
1)    jagung makanan asas bangsa ini.
Kata asas tidak tepat, tetapi lebih tepat jika diganti dengan kata pokok.
    Di samping itu juga terdapat kata semua, seluruh, segala, sekalian, dan segenap memiliki persamaan dan perbedaan arti. Persamaan ini menyebabkan kata itu saling dipertukarkan, sedangkan perbedaan arti menyebabkan kata itu tidak dapat saling dipertukarkan.
    Kata semua ditekankan pada jumlah yang banyak, sedangkan pemakain kata seluruh ditekankan pada satu benda ya utuh. Kata segala menyatakan semua  macam yang mengacu pada benda yang beraneka ragam. Kata sekalian menyatakan kesertaan yang mengacu pada orang. Kata segenap menyatakan makna semua dalam pengertian kelengkapan.

B.    Pemakaian Kata Bermakna Denotasi dan Konotasi
    Sebuah kata yang mengandung makna konseptual atau makna dasar berfungsi denotatif. Dalam mengarang hendaknya kita menggunakan makna denotasi agar terlepas dari tafsiran yang menyimpang.
    Makna konotasi terbagi dua, yakni konotasi positif dan konotasi negatif.
konotasi positif    konotasi negatif
meninggal, wafat, gugur    tewas, mati

C.    Pemakaian Kata Umum dan Kata Khusus
kata umum    kata khusus
(a)    Melihat    memandang, menonton, menengok, menatap, menentang, menoleh, meninjau, menyaksikan
(b)    jatuh    roboh, rebah, tumbang, rontok, longsor
(c)    buah    apel, mangga, melon, pisang
(d)    bunga    melati, kamboja, mawar
        Pada (a &b) Kata umum mengandung arti kata inti, sedangkan kata khusus yang bersinonim mengadung arti tambahan. Pada (c&d) kata umum merupakan superordinatnya, sedngkan kata khusus yang merupakan kelas bawah (hiponim)

D.    Pemakaian Kata-Kata atau Istilah Asing
Pertimbangan untuk menerima atau menolak unsur asing,
(1)    Perasaan cermat tidaknya bahasa sendiri dalam perbedaan nuansa makna; biologi;biologis
(2)    Perlu tidaknya kata yang bersinonim: similasi;pembauran
(3)    Ada tidaknya pengakuan gengsi bahasa asing: kolaborasi; evaluasi
(4)    Tinggi rendahnya kemampuan serta kemahiran dalam bahasa sendiri, misalnya, dalam mana, di mana, dan kepada siapa.
    Dalam memilih kata perlu memerhatikan norma yang berlaku dalam masyarakat pemakai bahasa. Karangan yang ditujakan kepada asyarakat umum berbeda dengan karangan yang akan ditujukan pada masyarakat homogen, guru, perawat, atau para peternak.

E.    Pemakaian Kata Abstrak dan Konkret
    Kata abstrak adalah kata yang mempunyaireferen berupa konsep, sedangkan kata konkret adalah kata yang mempunyai referen berupa objek yang dapat diamati.
    Jika yang kita deskripsikan adalah suatu fakta, tentu harus lebih banyak menggunakan kata konkret. Akan tetapi jika yang dikemukakan ialah kalsifikasi, generalisasi maka yang banyak digunakan adalah kata-kata abstrak.
F.    Pemakian Kata Populer dan Kajian
kata populer    kata kajian
batu    batuan
penduduk    populasi
besar     makro
banyak tuntutan    canggih
isi    volume
bisul    abses
bunyi    fonem

G.    Pemakaian Jargon, Kata, Percakapan, dan Slang
    Kata jargon ialah kata-kata teknis yang digunakan secara terbatas dalam bidang ilmu, profesi. Kata-kata ini kerap kali merupakan kata sandi untuk kalangan tertentu (dokter, militer).
Contoh:
    Sikon (situasi dan kondisi), prokon (prokontra), kep (kapten), dok (dokter), prik     (suntuk)
    Pada waktu-waktu tertentu, banyak terdengar slan,  yaitu kata-kata yang baku yang dibentuk secara khas sebagai cetusan keinginan terhadap sesuatu yang baru. Kata-kata ini bersifat sementara: kalau sudah terasa usang, hilang atau menjadi kata-kata biasa (asoy, mana tahan, bahenol, selangit, kemana aja boleh).

H.    Bahasa Prokem
Bahasa prokem adalah bahasa sandi yang digemari dan dipakai di kalangan remaja tertentu. Bahasa ini konon berasal dari kalangan preman.
Contoh:
bokap    bapak
cacing    petugas keamanan
dou    uang
ngelinting    Mengisap ganja














BAB 3 EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)
A.    Penulisan Huruf
1.    Penulisan Huruf Kapital
a)    Huruf pertama kalimat yang berupa petikan langsung
Contoh: nenek bertanya,” Kapan kita pulang?”
b)    Huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan termasuk kata ganti Tuhan.
Contoh: Semoga Tuhan Yang Mahakuasa memberkati kita.
    Hamba_Nya
    Dalam Weda terdapat ayat yang menganjurkan agar menusia berakhlak terpuji
c)    Huruf pertama nama gelar, jabatan, pangkat yang diikuti nama orang
Contoh: pergerakan itu dipimpin Haji Agus Salim.
d)    Huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa
Contoh:
(1)    dalam bahasa Bali terdapat kata singgah
(2)    Bangga jadi bangsa Indonesia
(3)    Di Indonesia terdapat suku Bali, suku Jawa, dan suku Sunda.
e)    Huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah
Contoh:
(1)    Pada bulan Agustus terdapat hari yang bersejarah bangi bangasa Indonesia.
(2)    Pada hari Lebaran, umat muslin bersukacita.
(3)    Hari Proklamsi Kemerdekaan Republik Indonesia
f)    Huruf pertama nama khas geografi
Contoh: salah satu tempat wisata di Bali adalah Danau Batur

g)    Huruf pertama nama resmi badan, lembaga, dokumen resmi
Contoh: semua anggota PBB harus mematuhi Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa
h)    Huruf pertama semua kata di dalam nama buku, majalah sura kabar, dan judul karangan, kecuali kata partikel yang tidak terletak di awal kalimat (di, ke, dari, yang)
Contoh:  Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan diterbitkan oleh Balai Pustaka.
i)    Dalam singkatan nama gelar dan sapaan
contoh: proyek itu dipimpin oleh Dr. Sapta.
j)    Huruf pertama kata petunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara yang dipakai sebagai kata ganti orang(dalam penggunaan kata sapaan).
Contoh: Surat Saudara sudah saya terima.
2.    Penulisan Huruf Miring
a)    Huruf miring dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar.
Contoh: berita itu sudah saya baca dalam harian Kompas.
b)    Huruf miring untuk menegaskan arti atau mengkhususkan bagian kata atau kelompok kata.
Contoh: buatlah kalimat dengan kata dukacita
c)    Huruf miring di pakai untuk menuliskan kata nama-nama ilmiah atau ungkapan bahasa asing.
Contoh: Buah manggis nama ilmiahnya adalah carcinia mangestana
B.    Penulisan Kata
1)    Kata Turunan (khususnya kata gabung berimbuhan)
Imbuhan  (awalan dan akhiran) ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahului.
Contoh:
Tanggung  jawab      bertanggung jawab
Anak sungai      menganak sungai

Bentuk dasar yang mendapat imbuhan konfiks ditulis serangkai.
Contoh:
Tanggung  jawab      mempertanggungjawabkan
tidak adil      Ketidak adilan

Jika salah satu unsur gabungan kata hanya digunakan dalam kombinasi gabungan kata tersebut ditulis serangkai.
Contoh:
amoral    adipati    parkata    intrakurikuler
mahakuasa    swadaya    antarkota     pan ¬-Asia

2. Kata Depan
    Kata depan ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya, kecuali daripada dan kepada (yang dianggap satu kata).
Contoh:  lebih baik tibggal di sini daripada ke daerah itu.
3.    Partikel
Partikel  lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yangmendahuluinya.
Contoh: Di manakah kautaruh barang berharga itu?
Partikel per dan pun ditulis terpisah dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh: Anda pun mempunyai hak atas warisan itu.
4.    Kata Bilangan
Penulisan kata bilangan tingkat dpat mengikuti salah satu cara berikut:
Contoh:
Abad XX
(Abad ke-XX, abad ke-20, abad ke XX, dan abad kedua puluh adalah tidak baku)
    Lambang bilangan dapat dinyatakan satu atau dua kata (ditulis dengan huruf) kecuali jika beberapa lambang dipakai secara berurutan dalam rincian.
Contoh:
Tiga, dua ratus
Nenek menjual 15 melon, 8 kelapa, dan 24 nangka.
    Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu susunannya diubah sengga tidak dapat dnyatakan dengan satu atau dua kata, tdak terdapat lagi diawalkalimat.
Contoh:
23 orang tewas (salah)
Dua puluh tiga orang tewas (benar)
5.    Kata-kata yang Sering Salah Penulisannya
nonbaku    baku     nonbaku    baku
akhli    ahli    akwarium    akuarium
atlit    atlet    cabe    cabai
perangko    prangko    hempas    empas
halangan    alangan    hembus    embus
hapal    hafal    himpit    impit
faham    paham    karir    karier
musium    museum    hisap    isap
6.    Kata Ganti
    Kata ganti kami dan kita keduanya digunakan sebagai kata ganti orang pertma jamak. Bedanya terletak pad ikut tidaknya lawan bicara selaku pihak keddua. Kata kami tidak mengikutsertakan lawan bicara, sedangkat kata kita  mengikutsertakan lawan bicara.



7.    Ungkapan Idiomatik (pasangan tetap)
Contoh:
Sesuai dengan, terdiri atas, disebabkan oleh, tidak ubahnya
Kata-kata ini merupakan pasangan tetap dan tidak boleh dipertukarkan dengan kata lain, tidak boleh dikurangi atau ditambah.
8. Ungkapan Penghubung
    Terdiri dua jenis, yaitu ungkapan penghubung intrakalimat dan antarkalimat.
Penghubung intrakalimat: baik .... maupun, bukan .... melainkan, antara .... dan (bersifat tetap).
Contoh:
Baik yang merah ataupun yang putih, sama saja kualitasnya.
Kalimat ini tidak baku karena pasangannya tidak tepat, seharusnya:
Baik yang merah maupun yang putih, sama saja kualitasnya.

C.    Penggunaan Tanda Baca
1.    Tanda Titik (.)
(a)    Dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan
Contoh:
Anggel  pergi ke Sukabumi.
(b)    Dipakai pada akhir singkatan nama orang
Contoh:
M.R. Goza




(c) dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, sapaan.
Contoh:
Ir.    Insinyur    Prof.    Profesor
Dr.    Doktor    Sdr.    Saudara

d)    Dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan yang terdiri tas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik.
Contoh:
a.n.    atas nama    dsb.    dan sebagainya
u.b.    untuk beliau    hlm.    halaman
u.p.    untuk perhatian    dll.     dan lain-lain

(e)    Dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik untuk menunjukan waktu
Contoh:
Pukul 06.35.20 (pukul 06 lewat 35 menit 20 detik)
(f)    Dipakai untuk memisahkan angka jam, ment, detik yang menunjukan jangka waktu
Contoh:
06.35.20 (6 jam, 35 menit, 20 detik)
(g) tidak dipakai untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, seterusnya yang tidak menunjukkan jumlah
Contoh:
Pesawat itu bernmor 2872879
(h) Tidak dipakai dalam singkatan yang trdiri atas huruf-huruf awal kata atau gabungan keduanya, atau yang terdapat di dalam akronim yang sudah dietrima oleh masyarakat
Contoh:
ABRI     Angkatan Bersenjata republik indonesia
Tilang    bukti pelenggaran
(i)    Tidak dipakai dalam singkatan lambang ilmiah, satuan ukuran, takaran timbangan, dan mata uang
Contoh:
Ca         kalsium
Rp 5.000,00    harganya Rp5000,00 termasuk pajak
(j) tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, atau kepala ilustrasi tabel
Contoh:
Layar Terkembang
(k) tidak dipakai di belakang alamat pengirim dan tanggal surat atau nama dan alamat penerima surat
Contoh:
Jalan kamboja 18 singaraja
(l) tidak dipakai di belakang angka atau huru dalam suatu bagian ikhtisar, atau daftar
Contoh:
III. Departemen Dalam Negerti
A.    Direktorat jenderal Pembangunan Masyarakat desa
B.    Direktorat Jenderal agraria Penyiapan Nasakah:
    1. Patokan Umum
1.1    Isi Karangan
1.2    Ilustrasi

2.    Tanda Koma (,)
(a)    Dipakai di antara unsur-unsur dalam perincian atau pembilang
Contoh:
Jibril membeli buku, pena, dan pulpen.
(b)    Dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi, melainkan
Contoh:
Pak Gita bukan ayah saya, melainkan ayah Alek.
(c)    Dipakai untuk memisahkan anak dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimat
Contoh:
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
(d)    Tidak dipakai memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat
Contoh:
Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
(e)    Dipakai di belakang ungkapan atau kata penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, lagi pula, meskipun, begitu, akan tetapi.
Contoh:
Oleh karena itu, kita harus berangkat sekarang.
(f)    Dipakai di belakang kata-kata, seperti, o, ya, wah, aduh, dan kasihan yang terdapat di awal kalimat
Contoh:
O, begitukah cara?
(g)    Dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam alimat
Contoh:
Kata ayah,”Saya senang sekali.”
(h)    Dipakai di antara nama dan alamat
Contoh:
Bpk. Gaza, Jalan Gedung Tua 3, Malang.

(i)    Dipakai di antara tempat penerbitan, nama penerbit, dan tahun penerbit
Contoh:
Roberto, Gaza. 2004. Menulis Kreatif. Surabaya: Indah Nusa.
(j)    Untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dari daftar pustaka.
(k)    Dipakai di antara nama orang dan gelar akademik
Contoh:
Raja Goza, S.H.
(l)    Dipakai di muka angka persepuluhan di antara rupiah dan sen dalam bilangan
Contoh:
15,37 kg, Rp12,50
(m)     dipakai untuk mengapit keterangan tambahan dan oposisi
contoh:
Si hitam, kucing saya, besar sekali.
(n)    Tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat apabila petikan langsung tersebut berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan mendahului bagian lain lain dari kalimat itu.
Contoh:
“Kemana kamu akan pergi?” tanya Iza.

3.    Tanda Titik Koma (;)
(a)    Dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis
Contoh:
Malam semakin larut; kami belum juga tidur.
(b)    Dipakai untuk memisahkan kalimat setara sebagai pengganti kata penghubung
Contoh:
Ayah bekerja di kantor pertanian; ibu mengajar di SMP pelita; adik belanja di Pasar Seni.
4.    Tanda Titik dua (:)
(a)    Dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkain atau pemerian
Contoh:
 Yang kita butuhkan sekarang adalah barang-barang berikut: meja, kursi, almari, dan papan tulis.
(b)    Dipakai sesudah ungkapan yang memerlukan pemerian
Contoh:
Hari         : Senin
Tanggal    : 02 Januari 2012
(c)    Dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukan pelaku dalam percakapan
Contoh:
Ayah    : “keluarkan mobil itu segera, Za!”
Iza    : “Baik, Pa!”
(d)    Dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan
Contoh:
Kita sekarang memerlukan kursi, meja, kursi, dan almari.
(e)    Dipakai di antara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan ayat dalam kitab atau di antara judul dan anak judul suatu karangan
    Contoh:
    Surah Albaqarah: 84
5.    Tanda Hubung (-)
(a)    Menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris
Contoh:
... cara yang baik meng-
ambil udara.
(b)    Menyambung unsur kata ulang
Contoh:
Anak-anak, lauk-pauk
(c)    Menyambung huruf yang dieja satu per satu dan b agian-bagian tanggal
Contoh:
m-a-s-j-i-d
08-07-1984
(d)    Dipakai untukmemperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan
Contoh:
Ber-evolusi dengan ber-revolusi
(e)    Untuk merangkai
se-dengankata berikutnya  yang dimulai dengan huruf kapital
ke- dengan angka
angka dengan –an
singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata
contoh:
se-Jawa Timur
KTP-nya
Hadiah ke-3
Tahun 90-an
Sinar –X
(f)    Dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan bahasa asing
Contoh:
di-exsport


6.    Tanda Tanya (?)
(a)    Dipakai pada akhir kalimat tanya
(b)    Pada tanda kurang dalam hal yang disangsikan
Contoh:
Oza dilahirkan tahun 1955(?)
7.    Tanda Seru (!)
Dipakai sesuadah ungkapan berupa seruan atau perintah atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan atau rasa emosi yang kuat.
Contoh:
Merdeka!
8.    Tanda Kurung (   )
(a)    Mengapit tambahan keterangan atau penjelasan
Contoh:
Dia sekolah di SMA (Sekolah Menengah Atas) Labor.
(b)    Mengapit angka atau huruf yang merinci satu seri keterangan angka atau huruf dapat juga diikuti kurung tutup saja
Contoh:
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama yang harus dipikul secara bersama oleh unsur:
(1)    Pemerintah    a) pemerintah
(2)    Masyarakat    b) masyarakat
(c)    Mengapit atau penjelasan yang bukan merupakan bagian dari pokok pembicaraan
Contoh:
Memang diakui bahwa dua jenis pelajaran (menurut kami harus dikiatakan.”pengajaran”) ada metode dan sistemnya.

9.    Tanda Garis Miring (/)
(a)    Dipakai dalam penomoran kode surat
Contoh:
No. 84/bp/2012
(b)    Dipakai sebagai pengganti kodekata dan atau per atau nomor alamat
Contoh:
Mahasiswa/mahasiswi
Jalan Ribut V/10
Harganya Rp50.000.00/lembar
10.    Tanda Petik Ganda (“...”)
(a)    Mengapit petikan langsung berasal dari pembicaraan, naskah atau bahan tertulis lain. Kedua pasang tanda petik itu ditulis lain. Kedua pasang tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
Contoh:
“Sudah berangkat?”  tanya Gigi.
(b)    Mengapit judul syair, karangan, dan bab bila dipakai dalam kalimat
Contoh:
Bacalah “Belajar Membaca” dalam buku Pelajaran Bahasa Indonesia.
(c)    Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung
Contoh:
Kata Gigi “Saya akan pergi sekarang.”
(d)    Mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal
Contoh:
Gigi memakai celana panjang yang dikenal dengan nama “cutbrai.”


(e)    Tanda baca penutup kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus
Contoh:
Karena warna bulunya, anjingku kuberi julukan “si Hitam.”
11.    Tanda Pisah  (―  )
(a)    Menyatakan suatu pikiran sampingan
Contoh:
Ada kritik yang menyatakan bahwa cara penyair kita mempergunakan bahasa Indonesia ― khususnya dalam pengucapan― kurang baik .
(b)    Untuk menghimpun atau memperluas suatu ragkaian subjek  atau bagian kalimat
Contoh:
Rangkaian kegiatan ini ― peneliti, semnar― merupakan kegiatan ilmiah pada suatu perguruan tinggi.
(c)    Dipakai di antara dua bilangan berarti “sampai dengan” , sedangkan bila untuk dua tempat maka berarti ke atau sampai
Contoh:
Ia dibesarkan di Bogor dari 1990―2009.
Dari Sabang ― Marauke.
(d)    Dipakai untuk menyatakan ringkasan atau gelar
Contoh:
Inilah kedua kawan yang saya ceritakan ― Gigi dan Iza.
12.    Tanda Elipsis (...)
(a)    Untuk menyatakan ujaran yang terputus-putus
Contoh:
Ia seharusnya ... seharusnya..  sudah berada disini.


(b)    Menyatakan bahwa dalam suatu kutipan ada bagian yang dihilangkan
Contoh:   
Mental menjalankan kekuasaandalam negara modern ... perlu dibina.
(c)    Dipergunakan pada akhir kalimat itu berakhir menggunakan empat titik yaitu sebagai titik bagi kalimat sebelumnya dan tiga bagian yang dihilangkan.
Contoh:
Demi kelancaran tata tertib ini sungguh perlu ... . sehingga ... .
(d)    Untuk meminta kepada pembaca mengisi sendiri kelanjutan sebuah kalimat
Contoh:
Entah dari mana ia dapat biaya sekolah untuk anak-anak itu ...!
13.    Tanda Kurung Siku [...]
(a)    Untuk menerangkan sesuatu di luar jalanya teks atau sisipan keterangan (interpolasi) yang tidak ada hubungan dengan teks
Contoh:
Sementara itu, lingkungan pemuda dari kampus ini berhubungan [maksudnya berhubungan dengan kenyataan-kenyataan di luar kampusnya).
(b)    Mengapit keterangan atau penjelasan bagi suatu kalimat yang sudah ditempatkan dalam tanda kurung
Contoh:
(hanya menggunakan nada atau kombinasi nada-nada dan apa yang saya sebut persendian atau mungkin kata lain perjedahan atau junctrure itu).
14.    Tanda Petik Tunggal (‘...’)
Tanda  petik tunggal dipakai untuk mengapit terjemahan atau penjelasan sebuah kata atau ungkapan asing
 Contoh:
‘lailatul qadar’ malam bernilai.

15.    Tanda Ulang (...2) (angka 2 biasa)
Tanda ulang dapat dipakai dalam tulisan cepat dan notula untuk menyatakan pengulngan kata dasar
Contoh:
Mata2
Buku2
16.    Tanda panyingkat (apostrof) (‘)
Tanda apostrof menunjukan, menghilangkan bagian kata.
Contoh:
Gi, ‘kan kujemput (‘kan = akan)
















BAB  4 STRUKTUR KALIMAT EFEKTIF
A.    Struktur Kalimat Efektif
1.    Struktur Kalimat Umum
    Unsur-unsur kalimat yang membangun sebuah kalimat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: unsur wajib dan unsur takwajib (unsur manasuka). Unsur wajib adalah subjek dan predikat, sedangkan unsur takwajib adalah unsur yang boleh ada dan boleh juga takada (yaitu kata kerja bantu, harus, boleh; keterangan aspek sudah, akan; keterangan tempat, waktu, cara dsb)
2.    Struktur Kalimat Paralel
    Maksudnya adalah penggunaan bentuk bahasa yang sama yang dipakaidalam susuna serial.
Contoh:
Penyakit alzheimer alis pikun adalah satu segi usia yang paling mengerikan dan berbahaya sebab pencegahan dan cara pengobatannya takada yang tahu.
Seharusnya:
Penyakit alzheimer alis pikun adalah satu segi usia yang paling mengerikan dan membahayakan  sebab pencegahannya dan cara pengobatannya takada yang tahu.
(a)    Kesejajaran Bentuk
Contoh:
Kegiatannya meliputi pembelian buku, membuat katalog, dan mengatur peminjaman buku.
Seharusnya: dijadikan nomina atau verba
Kegiatannya meliputi pembelian buku, pembuatan katalog, dan pengaturan peminjaman buku.
Kegiatannya meliputi membelian buku, membuat katalog, dan mengatur peminjaman buku.
(b)    Kesejajaran makna
Contoh:
Ia memetiki setangkai bunga.

Seharusnya:
Kata memetiki tidak dapat didunakan pada kata setangkai bungau karena kata ini bermakan berulang. Perbaikan dapat dilakukan dengan mengubah predikat menjadi memetik atau menghilangkan satuan setangkai pada objek.
(c)    Kesejajaran dalam perincian pilihan
Contoh:
Pemasangan telepon akan menyebabkan ...
a.    Melancarkan tugas
b.    Menanbah Wibawa
c.    Meningkatkan pengeluaran
Jawabannya adalah a, tetapi kalimat pemasangan telepon akan menyebabkan melancarkan tugas bukanlah kalimat yang baik. Pilihan b meskipun memang bukabn jawaban yang tepat, tidak mempunyai peluang untuk diplih karena kalimat pemasangan telepon akan menyebabkan untuk menambah wibawa bukanlah kalimat baik. Kalimat yang memuat pilihan c justru paling baik, tetapi pilihan itu bukanlah jawaban yang diharapkan. Saoal itu dapat diubah menjadi
Pemasangan telepon akan meningkatkan..
a.    Kelancaran
b.    Wibawa
c.    pengeluaran
3.    Struktur Kalimat Periodik
Struktur ini lebih mengemukakan unsur-unsur tambahan baru kemuadian unsur intinya. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian pembaca.
Contoh:
Oleh mahasiswa kemarin jenazah yang busuk itu dikuburkan (O-K-S-P)
Tanggal 22 Desember 2011 Hari Ibu dirayakan oleh Dharma Wanita Undiksha. (K-S-P-O)



B.    Ciri-Ciri Kalimat Efektif
1.    Kesatuan (Unity)
contoh:
kepada para mahasiswa diharapkan mendaftarkan diri di sekretariat.
Kalimat ini tidak jelas subjeknya sehingga diperbaiki menjadi
Para mahasiswa diharapkan mendaftarkan diri di sekretariat.
2.    Kehematan (Economy)
(a)    Mengulang Subjek kalimat
Contoh:
Pemuda itu segera mengubah rencananya setelah dia bertemu dengan pemimpin perusahaan itu.
    Seharusnya:
    Pemuda itu segera mengubah rencana setelah bertemu dengan pemimpin     perusahaan itu.
(b)    hiponim dihindarkan
contoh:
Presiden SBY menghadiri rapin ABRI hari Senin lalu.
Perbaikanya:
Presiden SBY menghadiri rapin ABRI Senin lalu.
(c)    Pemakian kata depan ‘dari’ dan ‘daripada’
Contoh:
Pak Gita berangkat dari Bandung pukuln 07.50.
Kalimat A lebih sukar daripada kalimat B.
Contoh kalimat yang salah;
Anak dari tetangga saya Senin ini akan dilantik menjadi dokter.

3.    Penekanan (Emphasis)
Penekanan adalah upaya pemberian aksentuasi, pementingan atau pemusatan perhatian pada salah satu unsur atau bagian kalimat agar lebih mendapat perhatian.
(a)    Pemindahan letak frase
Contoh:
Prof. Dr. Raja Goza berpendapat, salah satu indikator yang menunjukkan tidak efisiennya pertamina adalah rasio yang masih timpang antara jumlaah pegawai pertamina dan produksi minyaknya. (1)
Salah satu indikator yang menunjukkan tidak efisiennya pertamina menurut pendapat Prof. Dr. Raja Goza adalah rasio yang masih timpang antara jumlaah pegawai pertamina dan produksi minyaknya.(2)
Rasio yang masih timpang antara jumlaah pegawai pertamina dan produksi minyaknya.adalah salah satu indikator yang menunjukkan tidak efisiennya pertamina. Demikian pendapat Prof. Dr. Raja Goza (3)
Ide yang dipentingkan berbeda dalam tiga kalimat itu karena perbedaan letak pada kalimat pokoknya.
(b)    Pengulangan kata-kata yang sama
Contoh:   
Dalam prmbiayaan harus ada keseimbangan antara pemerintah dan swasta, keseimbangan domestik luar negeri, keseimbangan perbankan, dan lembaga keuangan nonbank.
Selain itu emphasis dapat juag dulakukan dengan intonasi, partikel, kata keterangan, kontras makna, pemindahan unsur, dan bentuk pasif (chaer, 2000 dalam Putrayasa 2010).
(1)    Intonasi
Contoh:
a.    Gie membaca ‘Gadis’ di kamar.
b.    Gie membaca ‘Gadis’ di kamar.
c.    Gie membaca ‘Gadis’ di kamar.
d.    Gie membaca ‘Gadis’ di kamar.
(2)    Partikel
Partikel yang, lah- yang, pun-lah
Contoh:
Aku yang meminjam bukumu.
Akulah yang meminjam bukumu.
Wewelah yang nakal buka aku.
Penjahat itu pun keluarlah dari persembunyiannya.
(3)    Kata Keterangan
Contoh:
Memang ibuku sudah datang.
Pelitnya bukan main bahkan untuk makan sendiri pun dia enggan mengeluarkan uang.
(4)    Kontras Makna
Contoh:
Zaza berurai air mata pada saat orang berdukacita. (penegasan pada kalusa pertama)
(5)    Pemindahan Unsur
Contoh:
Berangkat kami pagi-pagi sekali. (predikat)
Oleh orang tuanya dia tidak dapat izin untuk belajar karate. (objek)
Tadi pagi dosen bahasa Indonesia tidak mengajar (keterangan)
(6)    Bentuk Pasif
Contoh:
Pohon tua itu ditebang kakak tadi pagi.
(kalimat asal ‘kakak menebang pohin tua itu tadi pagi’)



4.    Kevariasian (Variety)
(a)    Variasi dalam Pembukaan Kalimat
Sebuah kalimat dapat dimuali dengan
•    Frase keterangan waktu, tempat, cara
•    Frase benda
•    Frase kerja
•    Partikel penghubung
Contoh:
Gemuruh suara teriakan serempak  penonton ketika penyerang tengah menyambar umpan dan menembus jala kiper pada menit kesembilan belas. (frase ket cara)
(b)    Variasi dalam Pola Kalimat
Contoh:
Dokter muda itu belum dikenal oleh masyarajat desa Sukarami. (S-P-O)
Belum dikenal oleh masyarakat desa Sukarami dokter muda itu. (P-O-S)
(c)    Variasi dalam jenis kalimat
Untuk mencapai keefektifan kalimat berita atau pertanyaan, dapat dikatakan dalam kalimat tanya atau kalmiat perintah.
(d)    Variasi bentuk aktif-pasif
Contoh:
Pohon pisang itu cepat tumbuh. Kita dengan mudah dapat menanamnya dan memeliharanya. Lagi pula kita tidak perlu memupuknya.
Bandingkan
Pohon pisang itu cepat tumbuh. Dengan mudah pohon pisang itu dapat ditanam dan dipelihara.lagipula tidak perlu dipupuk.



BAB 5 LOGIKA ( PENALARAN DALAM KALIMAT)
A.    Kesimpulan Umum
    Kesimpulan umum adakah kesimpulan yang dibuat  berdasarkan fakta-fakta khusus (induksi).
Contoh:
    Ayam bertelur, itik bertelur, angsa bertelur, merpati bertelur  dapat kita tarik kesimoulan umum bahwa angsa bertelur. Walaupun satu kesimpulan sudah sah dan logis , yetapi belum tentu dapat diterima. Diperlukan cukup banyak data dan pantas dijadikan model atau contaoh agar kesimpulan dapat diterima kenebarannya.

B.    Kesimpulan Khusus
Contoh:
Pu     : semua dokter tulisannya jelek
Pk    : ayah saya seorang dokter
Jadi     : ayah saya tulisannya jelek
Kesimpuloan ini, sah, ligis dan, benar.
C.    Persamaan (Analogi)
Analogi adalah kesimpulan yang ditarik dengan jalan menyampaikan atau membandingkan suatau fakta khusus dengan fakta khusus lain. Kesimpulan dari analogi seringkali menyesatkan karena kedua fakta khusus yang dibandingkan tidak ada relevansinya.
Contoh:
Hidup ini laksana orang mampir ke warung; begitu kebutuhan telah terpenuhi ia segera meningggalkannya.
D.    Alasan (Argumentasi)
    Alasan atau argumentasi adalah sesuatu yang diberikan untuk membenarkan atau menguatkan suatu pendapat.
Contoh:
Lalu lintas du ibu kota seringkali macet karena banyak pengemudi yang tidak mematuhi peraturan lalu lintas. (alasanya bisa diterima)
Kesalahan dalam meberikan alasan sangat benyak sebabnya (chaer 2000 dalm Putrayasa 2010).
1)    Alasan yang diberikan tidak mengenai pokok masalah
2)    Alasan yang diberikan bukan mengenai masalah
3)    Alasan yang diberikan tidak berdasarkan pendapat ahli
4)    Alasan yang diberikan berdasarkan apriori
5)    Alasan yang diberikan tidak ada hubungan dengana masalah poko
6)    Alasan yang diberikan sama dengan masalahnya.


















BAB 6 FAKTOR PENDUKUNG KEEFEKTIFAN KALIMAT DAN FAKTOR PENYEBAB     KETIDAKEFEKTIFAN KALIMAT

A.    Faktor Pendukung Kefektifan Kalimat
1.    Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar
    Ragam bahasa sangat variatif. Kevariatifan itu cukup menambah khazanah pengetahuan kita. Dalam aplikasinya hendaknya kita dapat melihat situasi pemakaian bahasa, melakukan pilihan kata yang tepat, menggunakan struktur, baik pembentukkan kata maupun kalimat serta mememrhatikan makan sehingga bahasa yang digunakan tepat sasaran. Ragam bahasa dalam kontejs pendidikan merupakan ragam pemakaian bahasa terpelajar, resmi/baku. Oleh karena itu pemakaian bahadsa yang baik dan benar yang ditekankan. 
2.    Bahasa Baku
Sifat ragam baku
1.    Kemantapan dinamis
2.    Cendekia
3.    Seragam
Ciri-ciri bahasa Indonesia baku:
a.    Memakai ucapan baku
b.    Memakai ejaan resmi
c.    Terbatasnya unsur bahasa daerah, baik leksikal maupun gramatikal
kata daerah    seharusnya    kata derah/asing    seharusnya
ketemu    bertemu    ketawa    tertawa
gimana    bagaimana    tadian/nantian    tadi/nanti
bilang    mengatakan    succes    sukses
bikin    membuat    kenapa    mengapa
entar    bentar     tv/tivi    tv/teve
nggak    tidak    biarin    biarkan
d.    Pemakain fungsi granatikal (subjek, predikat, ... ) secara eksplisit dan konsisten
tidak baku    baku
Kepada Bapak Rektor kami silakan    Bapak Rektor kami silakan
penyususunan laporan itu saya dibantu suami    dalam penyususnan laporan itu, saya di bantu suami

e.    Pemakiain konjungsi bahwa atau karena (bila ada) secara eksplisit dan konsisten
tidak baku    baku
paman tidak percaya tanahnya sudah habis terjual    paman tidak percayua bahwa tanahnya sudah habis terjual
hari ini dia tidak masuk dia sakit    hari ini dia tidak masuk karena sakit


f.    Pemakaian awalan meN-; di- atau ber- (bila ada) secara eksplisit dan konsisten
tidak baku    baku
dua orang penduudk lokal rampok tamu asing    dua orang penduduk lokal merampok tamu asing

g.    Pemakaian partikel lah, kah, pun (bila ada) secara konsisten dan
tidak baku    baku
kerjakan tugas itu dengan baik    kerjakanlah tugas itu dengan baik

h.    Pemakaian kata depan, kata sambung secara tepat
tidak baku    baku
hal itu akan saya laporkan sama atasan saya    hal itu akan saya laporkan pada atasan saya


i.    Pemakaian pola: aspek-pelaku-tindakan secara konsisten
tidak baku    baku
prosedur yang benar telah saya lalui    saya telah melalui prosedur yang benar

j.    Menghindari pemakaian bentuk-bentuk yang mibazir atau bentuk bersininom
tidak baku    baku
para hadirin sekalian yang saya hormati    hadirin yang saya hormati

k.    Menghindari pemakaian kalimat yang gbermqkna ganda
tidak baku    baku
semua pegawai baru mengikuti penataran lokal    semua pegawai, baru mengikuti penataran lokal
semua pegawai baru, mengikuti penataran lokal

l.    Memakai konstruksi sintetis
tidak baku    baku
dia punya saudara    saudaranya
dikasih komentar    dikomentari
dibikin bersih    dibersihkan
dia punya hargar    harganya
bikin kotor    mengotori

m.    Kata-kata yang sering salah pemakiannya
acuh; diacuhkan    peduli; dipedulikan
co: dia sangat acuh ketika bertemu (peduli)
ketika saya tanya, dia acuh tak acuh (tidak peduli)
dirgahayu    panjang umur, selamat selamanya
co:
dirgahayau Republik Indonesia (bukan dirgahayu HUT RI)
besok    hari setelah hari ini, bukan hari esok yang tidak dapat ditentukan
co: besok aku datang ke rumahmu membawa laporan ini ( hari setelah hari in)
besok, kalau sudah wisuda undang aku ya (besok Jawa)
diketemukan    ditemukan
co:
honda yang hilang sudah ditemukan oleh pihak yang berwajib
keberatan    Terlalu Berat, Kalau Banyak Muatan; Seharusnya Berkeberatan
Co:
Saya Berkeberatan Memenuhi Prmintaan Saudara yang aneh itu.
pejabat
penjabat    orang  yang  mempunyai jabatan
orang yang pada suatu waktu menjabat (sementara). Jadi , penjabat berarti pejabat sementara
co:
gubernur daerah itu sedang berduka karena itu penjabat gubernur diutus untuk mewakili rapat
pengecara
pembawa acara    penasihat hukum
protokol/pewara
co:
pewara itu mempersilakan rektor untuk mmeberikan sambutan
sekarang banyak pengacara yang matereialistis
semena-mena
sewenag-wenang   
Sesuka Hati/Tidak Semena-Mena
Co:
Pemerintah Saddam Husein sangat sewenag-wenang terhadap rakyatnya
para teroris bom Bali diperlakuian secara semena-mena (diperlakukan secara baik)
bangsa
rakyat    hanya satu dalam sebuah negara/pemerintah
ratusan juta jiwa jumlahnya
co:
semoga seluruh bangsa Indonesia selalu jaya
seluruh rakyat Indonesiadiharapkan bersatu
ditugasi

ditugaskan    digunakan jika tugas yang harus kita lakukan datang 9dibawakan kepada kita)
jika yang bergerak menuju ke tempat tugas itu
mengaja
mengajarkan    co: Ibu Gita mengajar musid kelas IX
co: Pak Jibril mengajarkan bahasa Spanyol di kelas X.
gaji

gajih    upah kerja yaang dibayarkan, dalam waktu tetap

lemak atau gemuk jawa
co:
dokter melarangnya makan makanan yang bergajih
memenangkan
memenangi    membuat jadi menang
menang di atau menang pada
co:
teknik yang serba tepatlah yang memenangkan Gigi dalam pertangdingan itu
Gigi  memenangi  pertandingan itu
waris

warisan
mewarisi
mewariskan
pewaris    orang yang berhak menerima pusaka yang sudah meninggal
harta pustaka peninggalan
mendapat pusaka
memberi pusaka
yang memberi pusaka
menanyakan
mempertanyakan    meminta keterangan tentang sesuatu
mempersoalkan
co: peserta itu menanyakan bantuan dana yang digunakan pemerintah
masyarakat mempertanyakan keberadaan pedagang kaki lima





B.    Faktor Penyebab Ketidakefektifan Kalimat
1.    Kontaminasi dan Kerancuan
a)    Kontaminasi kalimat
No    Kalimat rancu    Kalimat asal
1    Dalam bahasa indonesia tidak mengenal konyugasi    Bahasa indonesia tidak mengenal konyugasi
dalam bahasa indonesia tidak dikenal konyugasi
2    Murid-murid dilarang tidak boleh merokok    murid-murid dilarang merokok
murid-murid tidak boleh merokok

b)    Kontaminasi kata
No    Kalimat rancu    Kalimat asal
1    berulang kali    berulng-ulang
2    sering kali    berkali-kali
kontaminasi dari sering dan banyak kali atau kerap kali atau acap kali
3    jangan biarkan    jangan boleh dan tidak boleh
4    belum usah    belum boleh atau belum dapat
tidak usah atau tak usah

c)    Kontaminasi bentukan kata
Contoh:
Di sekolah kami dipelajarkanbeberapa kepandaian wanita.
Seharusnya: (diranccukan dari dipelajari dan diajarkan)
Di sekolah kami diajarkan beberapa kepandaian wanita



2.    Pleonasme (Pemakaian Kata yang Berlebihan)
Menurut Badudu (dalam Putrayasa, 2010) Gejala pleonasne muncul karena
1)    Pembicara tidak sadar bahwa apa yang diucapkan itu mengadung hal yang berlebihan
2)    Dibuat bukan karena tidak sengaja, melainkan karena tidak tahu
3)    Dibuat dengan sengaja sebagai salah satu bentuk gaya bahasa
a.    Di dalam satu frase terdapat dua atau lebih kata yang searti
Contoh:
Pada zaman dahulu kala
Sangat sedikit sekali
b.    Kata kedua sebenarnya tak perlu lagi karena sama
Contoh:
Naik ke atas, turun ke bawah
c.    Bentuk jamak dinyatakan dua kali
Contoh:
Para guru-guru sedang rapat

3.    Ambiguitas atau Keambiguan
Contoh:
Rumah  sang jutawan yang aneh itu akan segara dijual
Perbaikan:
Rumah aneh milik sang jutawan itu akan segera dijual
Rumah sang jutawan aneh itu akan segera dijual



4.    Ketidak jelasan Unsur Kalimat
Contoh:
Pembangunan itu    untuk menyejahterakan masyarakat.
    Subjek            ket

Perbaikan:
    Pembangunan itu    menyejahterakan    masyarakat.
    Subjek            predikat        objek

5.     Kemubaziran Preposisi dan Kata
Contoh:
Anak dari Pak Gigi menjadi polisi.
perbaikannya :
Anak  Pak Gigi menjadi polisi.
Agar pemakaian kata dari dsalam kalimat menjadi efektif, berikut fungsi kata dari:
•    Menyatakan tempat
•    Menyatakan asal
•    Menyatakan sebab
•    Menyatakan sejak
•    Menyatakan di antara
•    Menyatakan mewatasi
•    Menyatakan perbandingan
Fungsi kata di:
•    Menyatakan tempat
•    Menyatakan waktu tidak tentu
Contoh:
Buku catatanku ada di Alie    .
Seharusnya:
Buku catatanku ada pada Alie.

6.    Kesalahan Nalar
Contoh:
Pengemudi mobil tangki premix siap diajukan ke pengadilan.
Perbaikan:
Pengemudi mobil tangki premix akan segera diajukan ke npengadilan.
Pemakaian kata siap menyebabkan kalmiat tersebut tidak nalar.
7.    Ketidaktepatan Bentuk Kata
Bentuk awalan pe- tidak mendapat bunyi apabila dilekatkan  pada kata dasar berkonsonan /l/ atau /r/. Bentuk penyimpangan pada awalan pe-  (karena dialek Jawa)
pengrusakan    pengrawatan    perusakan
pengluasan    penglawatan    seharusnya pelawatan
perlawatan    perletakan    sehaurnya peletakan

Bentukan yang menyimpang yang dibuat dengan sengaja untuk memperoleh arti lain dari bentukan yang sudah ada,
mendalami (kk)    pendalaman (kb)
mengadili (kk)    pengadilan (kb)
menguburkan (kk)    penguburan(kb)

Kata pesakitan dan penyakitan tidak dibentuk  seperti pada kata di atas. Pesakitan ialah si terdakwa yang masih berstatus tahanan, sedangkan penyakitan ialah jarang dalam keadaan sehat.

8.    Ketidaktepatan Makna Kata
Contoh:
Kata kilah disamakah dengan kata kata atau ujar sehingga berkilah dianggap sama dengan berujar,
Kemarin Gita diberikan baju baru oleh Gie, kakaknya, dengan senang hati dia menerimanya. “Terima kasih,”  kilahnya kepada Gie.
Menurut KBBI kilah artinya tipu daya, dalih. Jadi pemakaian seperti contoh tidak tepat. Berkilah artinya mencari-vari alasan untuk membantah pendapat orang.
Selain itu perlu juga memperhatikan hubungan kata dengan bentuknya ,  (chaer, 2000 dalm Putrayasa, 2010), yaitu,
•    Konsep makna
•    Homonimi
•    Polisemi
•    Hipernimi dan hiponimi
•    Sinonim
•    Antonim
•    konotasi

9.    Pengaruh Bahasa Daerah
Bentuk bahasa daerah seperti,
Heboh, becus, lumayan, mendingan, gagasan, gambleng, cemooh, semarak, bobot, macet, seret, melempem dll.
10.    Pengaruh Bahasa Asing
    Salah satu contoh yang dapat memperkaya khazanah bahasa Indonesia ialah masuknya kata-kata tertentu yang tidak terdapat dalam bahasa indonesia. Kata pikir, saleh, dongkrak, kursi, dan fakultas adalah kata-kata yang berasal dari bahasa asing yang sekarang tidak terasa sebagai kata-kata yang berasal dari bahasa asing.

   
BAB 7 KATA BAKU DAN KATA TIDAK BAKU
Kata baku adalah kata yang menjadi acuan dalam pemakian bahasa karena kata baku tersebut sesuai dengan kaidah yang berlaku, pedoman ejaan yang disempurnakan, serta memiliki karakteristik cendekia, kemantapan dinamis dan seragam.
Sejumlah kata-kata baku dan tidak baku,
Kata baku    Kata tidak baku    Kata baku    Kata tidak baku
adapun    ada pun    aerobik    erobik
amanat    amanah    alpa    alfa
akuarium    aquarium    abitrer    arbitrer
atlet    atlit    autobiografi    otobiografi
bakso    baso    baterai    batere
borhuis    berjuis    buldoser    boldoser
mengecek    mencek    cengkeh    cengkih
belinjo    melinjo    cabai    cabe
cakal    cikal    cerita     ceritera
defisit    devisit    deviasi    diviasi
embus    hembus    fatal    patal
faktur    paktur    fasih    pasih
lever    leper    mandek    mandeg
kontinu    kontinyu    lamtoro    lantoro
petai    pete    pikir    fikir
plafon    pelafon    provinsi    profinsi
proyek    projek    ransum    rangsum
rival    rifal    sabotase    sabutase
survei    survai    stabilisasi    stabilisir

TEORI LINGUISTIK_UAS
RINGKASAN BUKU KALIMAT EFEKTIF   
Prof.Dr. Ida Bagus Putrayasa, M.Pd.                                                                                          












TUGAS  INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI  MATA KULIAH PSIKOLINGUISTIK
DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH Dr. Dian Eka Chandra W., M.Pd.
 


OLEH
PARLI SAPTANI
A2A 011 028


PROGRAM PASCASARJANA (S-2) PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2012
JAUH UNTUK LAUT
laut tak pernah berhenti menyapa pantai
hanya bulan yang setia terangi
saat jauh menatap gemuruh ombak
tak akan kau temui persimpangan di lautan
tak akan pernah bertemu kita di situ